Wednesday, December 06, 2006

The Empire (baca MICROSOFT ) Strikes Back

Professor Sitthichai Pokai-udom yang baru sebulan menjabat sebagai Menteri Teknologi Informasi dan Telekomunikasi Thailand melecehkan kebijakan pendahulunya yang mendorong penggunaan FOSS (Free and Open Source Software) di negeri gajah putih tersebut. Dalam konferensi pers pertamanya, ia menyebut inisiatif penggunaan perangkat lunak Open Source ini bagaikan "orang buta yang menuntun orang buta". Pak menteri melanjutkan "Jika saya seorang programmer, dan membuat kode program yang bermutu, mengapa saya akan memberikannya dengan cuma-cuma?" seperti dimuat harian Bangkok Post tanggal 15 November 2006.

Senada dengan koleganya dari Thailand, Menteri Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Inovasi Malaysia, Datuk Seri Dr Jamaludin Jarjis dalam konferensi persnya tanggal 21 November 2006, menyatakan bahwa pemerintah Malaysia telah memutuskan kebijakan pengadaan akan bersifat netral, seperti dikutip oleh thestar online. Seperti kita ketahui, tahun 2004, pemerintah Malaysia membentuk MAMPU (Malaysian Modernisation and management Planning Unit) yang meluncurkan "Malaysian Open Source Software Master Plan" dengan target pemanfaatan perangkat lunak Open Source di lembaga-lembaga pemerintahan. "Master Plan" ini didukung dengan kebijakan pemerintah Malaysia yang menyebutkan "Dalam kondisi dimana perangkat lunak Open Source sepada dengan pembandingnya dari produk Proprietary, prioritas akan diberikan kepada perangkat lunak Open Source".

Surat kabar online, Detik.com dalam pemberitaan tanggal 4 Desember 2006, melaporkan pemerintah Indonesia dan perusahaan perangkat lunak raksasa Microsoft telah melakukan Memorandum of Understanding mengenai perlindungan hak cipta dibidang piranti lunak. Keberadaan MoU tersebut mencuat setelah Craig Mundie, petinggi Microsoft mengunjungi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka, 16 November 2006. Kemal Stamboel, Wakil Ketua Harian Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional, menyatakan "Dewan akan mendorong dua-duanya dalam level yang sama. Kalau kita bilang kita tidak mau pakai proprietary, dan akan membuat sendiri yang kita perlukan, maka menurut saya ini tidak smart". Ini adalah langkah mundur pemerintah yang pada tahun 2004 meluncurkan IGOS (Indonesia Go Open Source), dideklarasikan oleh Menteri Riset dan Teknologi, Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Kehakiman dan HAM, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Menteri Pendidikan Nasional.

Sulit untuk menghindari prasangka adanya keterlibatan Microsoft dibelakang perubahan kebijakan pemerintah Thailand, Malaysia dan Indonesia ini. Perusahaan yang menguasai pasar perangkat lunak dunia ini melihat FOSS sebagai ancaman serius bagi kelangsungan hegemoninya. Hal ini disebabkan FOSS menawarkan sesuatu yang lain, perangkat lunak FOSS dapat diperoleh secara gratis, juga boleh di kopi dan dibagikan ke teman, saudara atau tetangga. Kode program perangkat lunak FOSS terbuka untuk umum, sehingga programmer di seluruh dunia dapat belajar atau ikut mengembangkan.
LINUX, OpenOffice dan Firefox adalah contoh perangkat lunak FOSS yang paling populer saat ini. Linux adalah sistem operasi alternatif yang bisa digunakan untuk menggantikan Microsoft Windows baik digunakan sebagai server maupun desktop. OpenOffice adalah perangkat lunak perkantoran sebagai alternatif dari Microsoft Office, sedang Firefox adalah perangkat lunak untuk "berselancar" di internet.

Sejak diperkenalkan sekitar 1980, FOSS telah memikat jutaan pengguna sekaligus sukarelawan di seluruh dunia. Lingkungan kampus, adalah komunitas pertama yang mengadaptasi perangkat lunak FOSS, diikuti lembaga-lembaga pemerintah dan baru kemudian dalam lima tahun belakangan ini mulai dilirik oleh dunia bisnis. Dari Parlemen Perancis sampai sekolah terpencil di pedesaan Namibia, dari perusahaan kecil, menengah hingga tingkatan Fortune 500 mulai memakai FOSS, IBM, SUN dan HP menginvestasikan jutaan dollar untuk mengembangkan FOSS.

Microsoft tentu saja tidak tinggal diam melihat pangsa pasarnya digerogoti FOSS. Bersama dengan Intel dan EDS, Microsoft mendukung Initiative for Software Choice (ISC), sebuah organisasi lobi internasional yang bermarkas di Amerika Serikat. Tujuan utama kampanya ISC adalah bagaimana menahan laju penyebaran FOSS di dunia. Sewaktu Presiden Brazil Luiz Inácio Lula da Silva menginstruksikan seluruh jajaran kementrian dan kantor-kantor pemerintah di Brazil untuk meninggalkan Microsoft Windows dan beralih ke sistem operasi Linux, kontan ISC langsung menyatakan keberatannya dan meminta kepada pemerintah Brazil agar memberlakukan “level playing field”, kesetaraan antara produk-produk FOSS dan proprietary. Permintaan ISC ini tidak digubris, dan pemerintah Brazil memetik hasilnya sekarang. Brazil sudah berhasil memasyarakatkan FOSS hingga ke sekolah-sekolah sehingga sebagai bangsa mereka bisa mandiri bahkan siap bersaing di pasar global.

Keteguhan sikap Brazil mestinya menjadi teladan bagi Thailand, Malaysia dan khususnya negara kita Indonesia. Kita masih dililit hutang yang sangat besar, sebagai bangsa daya saing kita sangat rendah di segala bidang. Janganlah anggaran pemerintah yang terbatas itu dibelanjakan tanpa pertimbangan yang matang. Menggunakan perangkat lunak FLOSS bukanlah berarti gratis sama sekali, tetap ada pengeluaran untuk pendidikan dan pelatihan. Tetapi perlu dicamkan bahwa biaya ini adalah sebuah investasi, yang dalam jangka panjang akan membuat kita menjadi bangsa yang mandiri, yang menguasai teknologi informasi. Bila anggaran itu dihabiskan hanya untuk membayar lisensi perangkat lunak, selamanya bangsa kita akan menjadi konsumen. Setiap rupiah yang kita belanjakan untuk membeli lisensi perangkat lunak akan menjadi milik dari perusahaan tersebut, tetapi setiap rupiah yang kita keluarkan untuk pendidikan dan pelatihan dalam memanfaatkan perangkat lunak FOSS akan tetap menjadi milik kita, tidak hilang bahkan terus berkembang.

M. Farid Azis MKom.
Open Office Marketing Contact Indonesia
Associate Member Free Software Foundation

* Open Office adalah perangkat lunak yang bebas dan gratis sebagai alternatif pengganti Microsoft Office